|
Visit - Pare |
Pare berada pada ketinggian 125 meter di atas permukaan laut ini mempunyai udara yang sejuk dan dialiri banyak sungai.Pare terletak 25 km sebelah timur laut Kota Kediri, atau 120 km barat daya Kota Surabaya dan berada pada jalur Kediri-Malang, Jombang-Kediri, dan Jombang-Blitar.
|
Ringin Budo Pare |
Di Pare tepatnya di jantung wilayahnya terdapat warisan sejarah berupa patung “Budo”, begitu warga sekitar menyebutnya, yang hingga pada tahun 1990an terlindung oleh pohon beringin besar yang teduh. Menilik kenyataan tersebut, tidak menutup kemungkinan pula Pare termasuk kota lama, yang sudah dikenal sejak ratusan tahun silam.Pare Kediri dilihat dari pergeseran kekuasaan Nusantara lama, khususnya di tanah Jawa, Pare berada di tengah-tengah segita perputaran kekuasaan kerajaan besar yaitu Kediri-Singasari-Majapahit. Tidak menutup kemungkinan Pare merupakan jalur yang sangat bersinggungan dengan peralihan kekuasaan dari ketiga kerajaan tersebut, terlebih dengan keberadaan dua candi, yaitu Candi Surowono (saat ini masuk wilayah Badas) dan Candi Tegowangi.
|
Senapan angin Bramasta |
Di Pare sudah lama bermunculan industri menengah bertaraf internasional yang diusahakan oleh pribumi, seperti perusahan senapan angin "Bramasta" dan "BimaAsta". Di Pare dan sekitarnya juga terdapat berbagai industri seperti plywood, pengembangan bibit-bibit pertanian dan perikanan.Pare juga memiliki produk agraria andalan yaitu cabai, bawang merah, biji mente dan melinjo. Pare juga sempat terkenal sebagai penghasil daging peternakan ayam broiler.
|
Stasiun PJKA Pare |
Sebuah stasiun kereta api tua mengesankan kota ini memang mempunyai peranan yang cukup penting sebelum Jepang berinvestasi di jalan raya, namun sayang stasiun itu kini sudah tidak berfungsi dan terhimpit oleh deretan pertokoan dan rumah makan. Ketika kendaraan Jepang belum berseliweran, kereta api dengan mesin uap merupakan transportasi bergengsi yang melintasi Jombang-Badas-Pare-Kediri.Di saat kota-kota metropolitan sedang gencarnya mewujudkan monorail dan komuter, bisa saja jalur kereta yang pernah ada itu kaji untuk dihidupkan kembali, sehingga dapat menambah alternatif sarana transportasi dari Surabaya-Jombang-Pare-Kediri
Di sisi timur adalah wilayah pengunungan Batu-Malang, yang mampu mengalirkan air pegunungan dan hembusan udaranya yang bersih dan segar ke wilayah Pare dan sekitarnya.Di beberapa wilayah terdapat sumber air alami yang hingga kini tidak kering meskipun di musim kemarau. Sejauh ini irigasi mayoritas masih digunakan untuk persawahan dan perikanan. Kalaupun ada yang dikelola untuk wisata, pengelolaannya pun masih kurang optimal. Dengan kondisi alamnya, Pare berpotensi sebagai tujuan wisata, bahkan nyaman untuk tempat tinggal di masa tua.
Berbagai jenis jajanan dan makanan enak dan higinis dengan harga "kampung" dapat dijumpai dengan mudah di Pare. Berbagai infrastruktur dan fasilitas kehidupan kota juga dengan mudah dapat dijumpai, baik sarana pendidkan, hotel, rumah sakit (yang besar HVA dan RSUD rumah bersalin yang lengkap pun juga ada), ATM bersama, warnet 24 jam ber-AC, dsb.
|
Polres Kediri |
Di kota kecil ini juga terdapat Markas Kepolisian Resor (Polres) Kediri, sehingga membuat Pare tidak perlu memiliki Markas Kepolisian Sektor (Polsek) seperti halnya kecamatan lainnya.
Terdapat pula sarana lain yang berskala kabupaten, misalkan:
|
Monumen Pancasila |
|
Taman Makam Pahlawan |
Taman Makam Pahlawan Pare,yang terletak di depan rumah sakit Amelia.Yaitu salah satu rumah sakit dan rumah bersalin yang telah lama berdiri , "Pak Prio" begitu sebutan akrab masyarakat Pare.
|
Stadion Canda Bhirawa |
Stadion Sepak Bola Canda Bhirawa yang menjadi basis
Persedikab, merupakan sebuah klub sepak bola yang didanai oleh Pemerintah Kabupaten Kediri. Dibentuk dari pecahan para pengurus Persik Kediri.
|
Masjid Besar An Nur - Pare |
Masjid Besar An Nur,adalah masjid yang terletak di Jalan Panglima Sudirman, Pare, Kediri.
Masjid dengan luas sekitar 4 hektar ini sempat terhenti karena krisis moneter 1997, namun akhirnya berhasil diselesaikan dengan menelan biaya sekitar Rp 200 miliar. Biaya pembangunan itu sungguh besar untuk ukuran sebuah masjid, namun menjadi wajar bila ditengok dari bangunan masjid yang namanya diambil dari Kyai Nurwahid, pejuang Islam yang terkenal di Pare yang dimakamkan di Desa Tulung Rejo, Pare, Kediri.
Masjid An-Nur Pare menjadi representasi penting untuk masyarakat setempat. Selain sebagai tempat ibadah, masjid yang dibangun pada tahun 1996 ini, juga merupakan pusat syiar Islam di Pare dan Kediri.
|
Cikal Bakal Kampung Inggris |
Pare terutama Desa Pelem dan Tulungrejo juga dikenal mempunyai potensi pengembangan kursus Bahasa Inggris atau yang akrab di sebut dengan
Kampung Inggris.
Sejak pada 15 Juni 1977 di desa setempat,
Muhammad Kalend Osen mendirikan lembaga kursus dengan nama Basic English Course (BEC) dengan enam siswa pada kelas perdana. Para siswa tersebut terus dibina dan dididik tidak hanya kemampuan bahasa inggris, namun juga ilmu agama serta kecakapan akhlak.
Untuk lebih mengenal
Kampung Inggris saya cah pare telah membuat artikel khusus tentang
Biografi Muhammad Kalend Osen - Sejarah Berdirinya Kampung Inggris .
Saat ini lebih banyak bermunculan berbagai jenis bimbingan belajar terutama kursus-kursus Bahasa Inggris.
Lebih dari 114 buah lembaga bimbingan belajar menawarkan kursus Bahasa Inggris dengan program program D2, D1 atau short course untuk mengisi waktu liburan.
Dalam hal ini, kota Pare sebagai pusat belajar Bahasa Inggris yang murah, efisien dan efektif sudah terkenal hingga keluar Pulau Jawa. Mulai sekitar tahun 2000-an, para investor dari luar kota juga mulai melirik potensi yang ada dengan turut mendirikan lembaga kursus. Sebagai efek ikutannya, di daerah Tulungrejo sekarang muncul berbagai jenis tempat penginapan dan kost yang menampung para pelajar dan maupun pekerja. Tarif kos per orang bervariasi dari 50 ribu hingga 200 rb per bulan
Pare menjadi wilayah pertama di kabupaten Kediri yang sudah memiliki fasilitas jaringan RT-RW-NET.
|
Clifford Geert |
Kecamatan Pare menjadi lebih terkenal di dunia karena di sinilah antropolog kaliber dunia, Clifford Geertz - yang saat itu masih menjadi mahasiswa doktoral - melakukan penelitian lapangannya yang kemudian ditulisnya sebagai sebuah buku yang berjudul The Religion of Java.
|
The Religion of Java |
Dalam buku tersebut Geertz menyamarkan Pare dengan nama "Mojokuto".Jika ingin membaca bukunya silahkan baca
di sini.
Sejauh ini, belum ada bukti-bukti sebagai kajian sejarah yang melatarbelakangi lahirnya nama Pare. Yang ada adalah sebatas kepercayaan saja. Menurut wikipedia, nama Pare dipercaya berasal dari kata "palerenan" dalam Bahasa Indonesia berarti tempat peristirahatan. Sekali lagi, penelusuran perlu dilakukan untuk mengetahui dengan pasti asal kata nama kota Pare, terlebih kapan berdirinya. Tetapi dari kondisi kota yang tenang, guyub, rukun dan udara yang bersahabat, bisa jadi asal kata itu memang benar.
Oh ya..satu lagi Pare juga terkenal akan oleh-oleh khasnya antara lain adalah
tahu kuning (
tahu Pong)dan
gethuk pisang.
|
Tahu Kuning dan Gethuk Pisang. |
Kendati hanya sebuah kota kecamatan, dari sisi pengamatan demografi membenarkan asumsi di atas. Penduduk Pare berasal dari kota-kota di sekitarnya maupun dari luar propinsi seperti dari suku Minang, Sunda, Timor, Irian, Bali, Kalimantan, bahkan etnis Tionghoa dan Arab. Pendeknya komposisi sebagian besar suku di Indonesia hampir terwakili keberadaannya di Pare. Bagi yang pernah bertugas atau berdomisili di Pare, akan sangat menarik untuk menghabiskan masa pensiunnya di kota yang terbuka, tenang dan damai ini.
|
Pare Kediri Jawa Timur |
Print
PDF
About Me
Aku adalah apa yang ada pada diriku. Dan aku berkuasa atas diri ini
Follow: | Google+ | Facebook |